Monday, December 5, 2022

Membuat Shape Menggunakan Photoshop - I [ Custom Shapes ]

 

1. Menggunakan Magic Wand Tool

Magic Wand Tool ini memiliki fungsi untuk menyeleksi objek secara otomatis dengan cepat. Fungsi ini bisa dimanfaatkan untuk membuat custom shapes.

1.1. Download gambar yang ingin dijadikan shapes. Contoh :  gambar awan.

1.2.  Buat lembar kerja baru dengan memakai shortcut Ctrl + N pada keyboard.

1.3. Konfigurasi lembar kerja, lalu klik OK.

1.4/ Selanjutnya drag and drop ikon awan ke lembar kerja Photoshop.

1.5. Pilih Magic Wand Tool pada taskbar di bagian kiri.

1.6. Setelah itu klik sekali pada ikon awan. Kalau terseleksi, maka akan ada garis putus-putus disekitarnya.


1.7. Setelah itu, buka tab Adjustment, pilih menu Black & White.

1.8. Kemudian klik kanan pada ikon awan, pilih menu Make Work Path.

1.9. Selanjutnya Atur nilai Tolerance menjadi 0,5 pixels, lalu klik OK.


1.10. Arahkan cursor ke tab layers, lalu ubah opsi Normal menjadi Overlay.

1.11. klik tab Edit, lalu pilih Define Custom Shape.

12. Maka akan muncul kotak dialog Shape Name, sekarang isi nama shape sesuai keinginan. lalu klik OK. Setelah itu, klik Shapes Tool, pilih Custom Tool. Maka ikon awan yang dibuat tadi akan masuk ke Custom Tool.


2. Menggunakan Pen Tool

Menggunakan Pen Tool beda dengan magic wand pen adalah harus menyeleksi gambar yang ingin dijadikan shapes secara manual.

2.1. Contoh gambar yang digunakan adalah burung elang untuk dijadikan custom shapes.

2.2. Buat lembar kerja baru dengan cara tekan Ctrl + N pada keyboard.

2.3. drag and drop gambar burung elang tersebut ke lembar kerja Photoshop.


2.4. lik Pen Tool, lalu ubah menjadi Shape.


2.5. Seleksi gambar tersebut dengan menggunakan Pen Tool. Pastikan seleksi dari titik pertama dan terakhir saling terhubung.

2.6. Setelah itu, klik kanan pada area seleksi, lalu pilih menu Define Custom Shape.

2.7. Beri nama pada custom shape, lalu klik OK.

2.8. Untuk melihat hasil : Pilih Shape Tool --> Custom Shape Tool. Ikon elang sudah ada pada shape di Photoshop kamu.


Sunday, December 4, 2022

Customize Pada Compiere

 


Compiere dengan Model-Driven Arcitecturenya membuat leluasa melakukan kustomisasi tanpa menyentuh source code dan tanpa ilmu pemrograman sama sekali.  

1. login sebagai System Administrator.



2. Selanjutnya  ke Aplication Dictionary > Windows, Tab & Field, lalu pilih windows Business Partner



3. Kemudian  tab business partner, lalu Klik pada tombol Create Fields



4. Pada Tab Field, buat record baru dan masukkan namanya sebagai NPWP, isikan juga description. 



5. Selanjutnya mengisi Column, untuk keperluan ini klik kanan dan pilih Zoom


6. Masuk ke windows column, pada tab Column di bidang DBColumn name masukkan nama sebagai NPWP dan description NPWP, untuk mengisi system elemen dapat melakukan "Zoom" ke system elemen dan membuat System elemen baru dengan nama NPWP.



7. Pada Reference pilih salah satu format data, pada contoh pilih sebagai "String" dan Length atau panjang : 20 karakter.



8. Letakkan entity type sebagai "User Maintenance"



9. Kemudian tekan tombol "Synchronize Column"



10. kembali ke tab Field, dan simpan record. Logout dari System Administrator, dan login kembali sebagai admin.  ke windows Business Partner


11. Masukkan Nomor NPWP Business Partner dan tekan Save.



12. Iskani data NPWP Business partner yang lain.


Import Business Partner Pada Compiere

 

Compiere menyediakan kemampuan untuk import records menggunakan comma delimited , tab delimited atau fixed format file. Ini bisa dilakukan pada saat implementasi untuk memasukkan semua dari Business Partners (misalnya data diambil dari aplikasi anda sebelumnya). Fitur Import ini bisa juga digunakan untuk import Invoices, Orders, Journals atau Products.

Untuk melakukan import data anda harus menjalankan langkah berikut:

  • Definisikan Import Loader Format
  • Definisikan Import File
  • LoadFile
  • Verifydata

Untuk membuat, merubah atau men-delete Import Format buka window Import Loader Format dengan klik-ganda pada System Admin --> Data --> Data Import --> Import Loader Format. Icon di depan dari Import Loader Format menu items mengindikasikan bahwa Ini sebuah window.

Sebelum melakukan Import, buat dahulu Business Partner Group

  • Customer
  • Vendor
  • Employee

kemudian buka file contoh di c:\compiere2\data\import\ExampleBpartner.CSV

Copykan data dari sistem eksisting anda kedalam file ini, kemudian save as Import_BP.csv

Kemudian buka System Admin --> Data --> Data Import -->Import File Loader

Pilih Select File to load, dan arahkan kepada file yang dibuat, kemudian pilih format: Example Business Partner.

Tekan tanda OK (centang)

Setelah file di load, masuk ke System Admin --> Data --> Data Import -- > Import Business Partner

Customize Report Pada Compiere

 


Compiere mengijinkan untuk meng-customize Laporan untuk menyesuaikan kebutuhan :

• Display Order

• Sort Order

• Format Item

--Field, Image , Text, Print Format

--Alignment% Width/Height

--Calculate Sum - Average - Count

--Group by (requires Order by sorting)


Print Format

Buka window Print Format untuk customize Laporan klik pada General Rules, klik pada tombol Customize Report pada toolbar tentang Report tersebut.

Catatan: Ketika membuka Print Format yang menggunakan pilihan menu harus menutup dan membuka kembali laporan anda untuk lihat perubahan yang telah dibuat.

Lihat Nama Laporan, Yang sesuai dengan Tabel di mana bidang berada. Bidang Pandangan Laporan menandai adanya tampilan yang digunakan untuk menghasilkan laporan ini. Hilangkan pilihan pada Checkbox Form untuk mencetak suatu columnar List Report (Daftar laporan columnar). Centang lah untuk mencetak suatu format. 

Print Table Format menentukan Fonts, Warna dari Tabel yang di print.

Centang Standard Header /Footer checkbox untuk menunjukkan standard dari Header dan Footer yang digunakan. Jika tidak ingin menggunakan Header standard, harus secara eksplisit di definisikan.

Print Paper menggambarkan Ukuran, Orientasi Dan Margin (Garis tepi) tentang dokumen tersebut. Print Font adalah Fonts yang digunakan untuk mencetak. Print Color adalah Warna menggunakan untuk mencetak. Tombol Copy/Create mengijinkan untuk mengcopy suatu Print Format atau menciptakan suatu Print Format baru dari suatu Tabel .


Display Order

Pindahlah ke tab Order untuk merubah tampilan Order dari unsur-unsur pada laporan tersebut dan disesuaikan dengan dengan kebutuhan. Untuk menambahkan suatu elemen kedalam laporan, klik pada daftar Aneka pilihan yang tersedia dan pindahkan ke Daftar Urutan dengan meng-klik pada sisi kanan panah.

Untuk merubah urutan dari suatu unsur dengan menggunakan pilihan panah naik/turun. Untuk mengeluarkan suatu elemen dari Laporan pilihlah dan klik pada panah kekiri. Simpan perubahan. Perubahan akan segera berlaku untuk laporan berikutnya.


Pindah ke tab Sort Order untuk merubah Urutan order dan menyesuaikan dengan kebutuhan

Selain itu juga dapat mengatur format report, menambahkan logo / Text, mengatur letak field dan lain lain



Mengkonfigurasi Database MySQL Pada Amazon Aurora - I




Amazon Aurora merupakan layanan database relasional dengan edisi kompatibel PostgreSQL dan MySQL, yang menawarkan kinerja dan ketersediaan database perusahaan dengan sedikit biaya. Aurora Tanpa Server merupakan konfigurasi auto-scaling sesuai permintaan baru untuk Aurora yang sekarang umumnya tersedia untuk Aurora yang kompatibel dengan edisi kompatibel MySQL. Dengan Aurora Tanpa Server, database data akan secara otomatis memulai, mematikan, dan meningkatkan atau menurunkan kapasitas berdasarkan kebutuhan aplikas, jadi tidak pernah membayar untuk apa yang tidak digunakan, sambil tetap mendapat manfaat dari ketersediaan, skala, ketersediaan Aurora yang tinggi, dan kecepatan.

Berikut adalah cara mengkonfigurasi databasse : 

1. Navigasikan Konsol RDS

Menavigasi ke konsol Relational Database Service (RDS) sehingga dapat membuat gugusan DB Aurora Tanpa Server.

Buka AWS Management Console,  masukkan nama pengguna dan kata sandi untuk memulai. Lalu mulai mengetik RDS di bilah pencarian dan pilih RDS untuk membuka konsol layanan.


2. Buat klaster DB Tanpa Server Aurora

Menggunakan Amazon RDS untuk membuat klaster Tanpa Server Aurora.

2.1. Pada layar Amazon RDS, dari bilah navigasi di kiri, pilih Klaster.

2.2. Dari layar RDS --> Klaster,  klik Create database.

2.3.  Pilih Amazon Aurora. Tombol radio Edisi, pilih kompatibel-MySQL 5.6.  lalu klik Next

2.4.  Pada Configuration , pilih Serverless, pada settings : isian DB cluster identifier, masukan user dan password, lalu klik Next

2.5..  Pada panel Pengaturan kapasitas, dapat mengubah unit kapasitas Aurora Minimum dan pengaturan unit kapasitas Aurora Maksimum. Setiap unit kapasitas Aurora setara dengan komputasi dan konfigurasi memori tertentu. Aurora Tanpa Server akan secara otomatis mengatur skala antara pengaturan kapasitas minimum dan maksimum berdasarkan penggunaan CPU klaster, koneksi, dan memori yang tersedia. Perluas bagian Konfigurasi penskalaan tambahan. disini dapat menonaktifkan jeda kluster dengan menghapus centang pada Kapasitas penghitungan jeda setelah beberapa menit tanpa aktivitas. Menggunakan kotak daftar turun jam, menit, dan detik, disini juga dapat mengubah lama waktu tidak aktif hingga klaster berhenti. Secara default, klaster akan berhenti setelah tidak aktif selama 5 menit berturut-turut.

2.6. Pada panel Jaringan & Keamanan, dalam daftar Virtual Private Cloud (VPC), pilih Buat VPC .

Dalam daftar Grup subnet, pilih Buat Grup Subnet DB . Dalam daftar Grup keamanan VPC, pilih Buat grup keamanan VPC.  akan memodifikasi grup keamanan ini untuk memungkinkan lalu lintas jaringan dari klien database untuk mengakses klaster Aurora Tanpa Server di langkah selanjutnya.

Pilih Buat database.

2.7.  Layar RDS --> Klaster akan memuat dan klaster MyClusterName akan muncul seperti di dalam status pembuatan. Klik MyClusterName dalam daftar klaster untuk mengakses informasi terperinci tentang klaster.

2.8.  Layar detail MyClusterName akan memuat. Layar ini berisi informasi pemantauan termasuk grafik Kapasitas Database Tanpa Server yang menunjukkan jumlah Unit Kapasitas Aurora yang digunakan dari waktu ke waktu dan panel Kejadian Terbaru yang memerincikan kejadian penskalaan dan menjeda/melanjutkan. Scrool ke panel Detail. Catat nilai VPC dan Titik akhir database untuk penggunaan nanti.


3. Buat Lingkungan Klien dengan Cloud9

Setelah membuat klaster MyClusterName, tugas selanjutnya adalah membuat klien database di dalam VPC yang sama. 

3.1.  Dari menu Konsol Web AWS, pilih Layanan. Di menu pencarian, mulailah mengetik Cloud9 dan pilih Cloud9 untuk membuka konsol layanan.


3.2. Pada layar AWS Cloud9,  klik Create environment

3.3. Pada layar Nama, ketik MyCloud9Env lalu klik Next step.

3.4.  Pada layar Konfigurasi pengaturan, biarkan jenis lingkungan sebagai Buat instans baru untuk lingkungan (EC2) dan Jenis instans sebagai t2.micro.

3.5. Karena klaster DB Tanpa Server Aurora tidak memiliki titik akhir yang dapat diakses secara publik, MyClusterName hanya dapat diakses dari dalam VPC yang sama. Untuk menempatkan MyCloud9Env dalam VPC yang sama dengan MyClusterName, scrool ke bawah layar Konfigurasi pengaturan dan perluas bagian Pengaturan jaringan (lanjutan). Dari menu menurun Jaringan (VPC), pilih VPC MyClusterName yang Anda catat 2h.

Pada halaman Tinjauan, pilih Buat lingkungan. Setelah lingkungan Cloud9 yang baru dibuat, lanjutkan ke langkah berikutnya.



Baca lanjutannya : Mengkonfigurasi Database MySQL Pada Amazon Aurora  - II


Mengkonfigurasi Database MySQL Pada Amazon Aurora - II

 


Sebelumnya baca tahap pertama : Mengkonfigurasi Database MySQL Pada Amazon Aurora  - I

4. Aktifkan akses jaringan klien ke Klaster Tanpa Server 

Pada tahap ini akan mengaktifkan akses jaringan dari lingkungan Cloud9 ke Klaster DB Tanpa Server . Untuk menyelesaikan tugas ini, akan menambahkan grup keamanan yang ditugaskan ke MyCloud9Env sebagai sumber lalu lintas untuk grup keamanan yang ditugaskan ke MyClusterName. Grup keamanan adalah firewall virtual yang mengontrol lalu-lintas jaringan di jaringan.

4.1. Untuk lebih memudahkan navigasi, masuk ke Konsol Web AWS dalam tab browser lain dengan mengklik menu atas, pilih Layanan lalu ketik VPC di menu pencarian dan pilih VPC dari daftar.

4.2. Pada halaman Dasbor VPC, di navigasi kiri pilih Grup keamanan.

Di kolom Nama Grup, cari grup keamanan yang berawalan aws-cloud9-MyCloud9Env. Catat ID Grup dari grup keamanan ini. Pada layar ke kanan, dapat mencatat grup keamanan yang berakhiran 7431. ID Grup akan berbeda dengan yang digambarkan di tangkapan layar ini.

4.3. Dalam daftar grup keamanan, pilih grup keamanan yang berawalan RDS-Launch-Wizard.

Lalu pilih tab Aturan Inbound. Lalu pilih Edit.

4.4. Di tab Aturan Inbound, pilih Tambahkan aturan lain. Di kolom Jenis, pilih MySQL/Aurora (3306) dari daftar menurun. Lalu klik ke dalam bidang kolom Sumber dan daftar menurun akan muncul. Pilih ID Grup keamanan yang dicatat . Lalu pilih Simpan.

Pada layar ke kanan, dari daftar dapat memilih grup keamanan yang berakhiran 7431. ID Grup spesifik  akan berbeda dengan yang digambarkan di tangkapan layar ini.  


5. Sambungkan ke Klaster DB Tanpa Server Aurora

5.1. Beralih kembali ke jendela browser MyCloud9Env.

Di tab termimal bash dalam MyCloud9Env, ketik perintah berikut. Ganti titik akhir nama pengguna dan database Master dengan nilai-nilai dalam perintah dan tekan Enter.

mysql --user=[your Master username] --password -h [your database endpoint]

Saat diminta, masukkan kata sandi Master Anda dan tekan Enter.

maka terhubung ke klaster DB Tanpa Server MyClusterName


5.2. Untuk menampilkan database di server dengan perintah berikut ke tab bash MyCloud9Env:

show databases;


6. Mengakhiri sumber daya

6.1. Pilih Layanan, lalu ketik RDS di menu pencarian. Pilih RDS untuk kembali ke Konsol RDS Aurora.

6.2. Pada konsol Amazon RDS, pilih Klaster dari daftar navigasi kiri. Dari daftar Klaster, pilih myclustername. Dari menu Tindakan pilih Hapus Klaster.

Saat diminta untuk menghapus myclustername, pilih Hapus Klaster DB.

6.3. Pada Konsol web AWS, pilih Layanan. Di menu pencarian, mulailah mengetik Cloud9 dan pilih Cloud9 untuk membuka konsol layanan.

6.4. Dari layar Lingkungan , pilih MyCloud9Env dan pilih Hapus. Konfirmasikan penghapusan


Setting Database MySQL Server

 


Konfiguras MySQL Server bisa dilakukan dengan mengubah file my.ini.  file ini berada di lokasi C:\Program Files\MySQL\MySQL Server 5.6 atau C:\ProgramData\MySQL\MySQL Server 5.6. Untuk mengetahui lokasi folder mysql berada, menjalankan MySQL dari Command Prompt : mysqld --help --verbose | more.  Disini akan ada daftar lokasi pada bagian Default options are read from the following files in the given order:. Disini dapat melakukan pengaturan secara sementara tanpa mengubah file my.ini dengan memberikan perintah SET GLOBAL. Jika ingin permanen maka mengubah file my.ini dan me-restart database setiap kali pengujian dilakukan.

Salah satu pengaturan yang paling klasik adalah mengubah nilai innodb_buffer_pool_size. value ini merupakan besarnya  memori yang dialokasikan khusus untuk menampung cache yang berisi informasi tabel dan index. Semakin besar ukuran buffer pool, maka semakin sedikit operasi disk yang dibutuhkan. Nilai default-nya yang berupa 128 MB merupakan sesuatu yang cukup kecil bila dipakai pada server dengan jumlah memori mencapai gigabyte. Dokumentasi MySQL Server merekomendasikan nilai 80% dari jumlah memori untuk database yang sibuk. Jangan lupa bahwa nilai innodb_buffer_pool_size yang terlalu besar malah bisa mengakibatkan perlambatan akibat paging.
Contoh : 
innodb_buffer_pool_size=512M
innodb_log_file_size=512M

Disini juga meningkatkan ukuran innodb_log_file_size untuk mengurangi aktifitas flush. Hasil akhir percobaan setelah perubahan konfigurasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan waktu eksekusi sebesar 7%. Ini adalah peningkatan yang cukup besar. Sayangnya, saya tidak bisa menaikkan innodb_buffer_pool_size menjadi 1GB karena walaupun memiliki free memori lebih dari jumlah tersebut, Windows mensyaratkan lokasi memori bebas harus berlanjut dan tidak boleh tersebar/ Batasan ini hanya terasa pada Windows 32-bit dan hampir tidak terjadi di Windows 64-bit (akibat ruang alokasi memori yang masih luas ).

Sejak versi 5.6.8, nilai query_cache_type secara default adalah 0 sehingga query cache tidak aktif. Query cache adalah fitur untuk menampung hasil query secara sementara di memori sehingga hasil yang sama bisa dikembalikan dengan cepat untuk SQL yang sama. Tentu saja query cache harus dihapus bila isi tabel yang dibaca sudah berubah sejak terakhir kali dibaca. Bila query cache terlalu sering kadaluarsa, ini bukannya mempercepat malah bisa memperlambat. Dengan demikian, query cache bisa bermanfaat dan juga bisa merugikan tergantung dari seberapa sering aplikasi mengubah isi tabelnya.

Sebagai contoh, menggunakan mysqlslap bawaan MySQL Server untuk mensimulasikan query SELECT yang dilakukan oleh beberapa klien secara bersamaan dengan memberikan perintah berikut ini:

c:\> mysqlslap --user=root --password --create-schema=inventory 
--concurrency=20 --iterations=10 --no-drop --query=select.sql

Hasil
        Average number of seconds to run all queries: 25.033 seconds
        Minimum number of seconds to run all queries: 22.435 seconds
        Maximum number of seconds to run all queries: 32.380 seconds
        Number of clients running queries: 20
        Average number of queries per client: 7513

Perintah di atas mensimulasikan akses dari 20 client secara bersamaan yang mengerjakan isi query di file select.sql selama 10 kali.

Kemudian mengaktifkan query cache dengan menambahkan baris berikut ini di my.ini:

query_cache_type=1
query_cache_size=5MB

Jalankan lagi

c:\> mysqlslap --user=root --password --create-schema=inventory
--concurrency=20 --iterations=10 --no-drop --query=select.sql

Hasil
        Average number of seconds to run all queries: 36.043 seconds
        Minimum number of seconds to run all queries: 31.943 seconds
        Maximum number of seconds to run all queries: 41.467 seconds
        Number of clients running queries: 20
        Average number of queries per client: 7513

Terlihat bahwa mengaktifkan query cache hanya membuat query menjadi lambat. Untuk melihat status query cache, dapat memberikan perintah SQL berikut ini:

mysql> SHOW STATUS LIKE 'Qcache%';
+----------------------------------+---------+
| Variable_name                      | Value   |
+---------------------------------+---------+
| Qcache_free_blocks            | 327         |
| Qcache_free_memory         | 988680   |
| Qcache_hits                         | 1196351 |
| Qcache_inserts                     | 65103    |
| Qcache_lowmem_prunes     | 64153    |
| Qcache_not_cached              | 240682  |
| Qcache_queries_in_cache    | 950        |
| Qcache_total_blocks            | 2351      |
+---------------------------------+-----------+
Nilai Qcache_lowmem_prunes menunjukkan jumlah query yang terpaksa dihapus karena ukuran query cache sudah tidak cukup lagi. Pada hasil di atas, nilainya cukup tinggi. Walaupun demikian, nilai Qcache_hits yang tinggi menunjukkan bahwa query cache seharusnya bisa membantu. Oleh sebab itu, coba meningkatkan ukuran query cache dengan mengubah konfigurasi menjadi seperti berikut ini:

query_cache_type=1
query_cache_size=10MB

Hasil ketika menjalankan mysqlslap adalah:

c:\> mysqlslap --user=root --password --create-schema=inventory
--concurrency=20 --iterations=10 --no-drop --query=select.sql

Hasil
        Average number of seconds to run all queries: 24.233 seconds
        Minimum number of seconds to run all queries: 22.326 seconds
        Maximum number of seconds to run all queries: 31.803 seconds
        Number of clients running queries: 20
        Average number of queries per client: 7513

Walaupun sudah tidak lambat lagi, tapi tidak menjumpai peningkatkan kinerja yang cukup berarti saat mengaktifkan query cache. Hal ini cukup masuk akal karena saat ini belum ada tabel raksasa yang membutuhkan waktu pencarian lama sehingga query cache belum dapat menunjukkan taringnya.

Masalah jaringan, MySQL Server memiliki kebiasaan melakukan request DNS untuk melakukan validasi host pada saat pengguna login. Bila DNS server yang dipakai lambat (  bawaan ISP), maka hal ini bisa menimbulkan kesan bahwa koneksi database sangat lambat pada aplikasi pertama kali dijalankan. Untuk mengatasinya, bisa mematikan request DNS dan hanya melakukan validasi berdasarkan IP dengan menambahkan konfigurasi berikut ini:

skip_name_resolve=ON

Fitur lainnya yang berguna untuk tabel berukuran besar adalah kompresi tabel. MySQL Server mendukung 2 jenis file format untuk InnoDB: Antelope (versi original) dan Barracuda (versi terbaru). File format yang dipakai secara default adalah Antelope untuk memaksimalkan kompatibilitas dengan fitur lama. Tambahkan baris berikut ini di file konfigurasi:

innodb_file_format=Barracuda

Salah satu fitur baru yang ditawarkan oleh format Barracuda adalah kompresi tabel. Kompresi dapat diakses dengan menambahkan ROW_FORMAT=COMPRESSED pada saat memberikan perintah CREATE TABLE atau ALTER TABLE seperti pada:

ALTER TABLE `produk`
ROW_FORMAT = COMPRESSED ;

Untuk bisa memakai kompresi, perlu memastikan bahwa nilai innodb_file_per_table adalah ON (nilai default sejak versi 5.6.6).

Memunculkan Simbol & Emoji Pada OS Mac

  Memunculkan Simbol & Emoji  1. Buka aplikasi Pages / Notes pada Macbook. 2. Klik pada Menubar Edit --> Pilih Emoji and Symbols a...